JAKARTA, kadin.co – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie mengatakan, Indonesia perlu mendiversifikasi pasar ekspor ke negara-negara di Afrika dan Amerika Latin.
“Kita harus membuka pasar-pasar baru, Afrika itu pasarnya besar, lalu Amerika Latin juga lumayan. Apalagi pada November ada Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) dan G20 di Brasil,” kata Anindya di Gedung The Convergence Indonesia, Jakarta, Minggu (22/9/2024).
Berdasarkan data setneg.go.id, perdagangan bilateral antara Indonesia dan negara-negara Afrika lumayan besar. Perdagangan RI dengan Zimbabwe pada 2023 mencapai US$ 85,1 juta. Trennya naik 5,32% dalam lima tahun terakhir. Sedangkan dengan Tanzania pada tahun yang sama tercatat US$ 317,8 juta dengan tren kenaikan 5,21% dalam lima tahun belakangan.
Data kemlu.go.id menunjukkan, dalam 5 tahun terakhir, total perdagangan Indonesia dengan negara-negara Amerika Latin dan Karibia meningkat 8,9%. Pada 2022, nilai perdagangan mencapai US$ 11,16 miliar. Ekspor Indonesia ke Amerika Latin dan Karibia bahkan meningkat 16,5% pada tahun lalu.
“Selain Afrika, kita bisa gencarkan ekspor ke Amerika Latin, paling tidak negara-negara all the young and productive, sama growing countries itu harus dibidik agar kita tidak kehilangan pasar. Ekspor kita ke Asia bagus, ASEAN bagus, tetapi ke Eropa sedang menghadapi berbagai macam tantangan,” papar dia.
Menurut Anindya Bakrie, negara-negara di Amerika dan Afrika menjadi destinasi ekspor dengan potensi yang luar biasa besar. Sudah banyak pula pengusaha di sana yang membuat produk lokal menggunakan pengalaman dan teknologi dari Indonesia.
“Yang diekspor itu kan bisa komoditasnya, lalu teknologinya. Malah, keberanian dan pengalaman kewirausahaan juga bisa diekspor,” ujar Anindya.
Di sektor kelapa sawit (minyak sawit mentah/CPO), kata Anindya, Indonesia sudah berpengalaman memproduksi kelapa sawit. Bahkan, ahli sawit asal Indonesia sudah ada di Nigeria.
“Kemudian kita berpengalaman di bidang tambang, tambang juga besar di Afrika Selatan. Kita pengalaman di bidang energi. Nah, itu juga bisa dimanfaatkan di negara-negara Afrika terutama,” tandas dia.
Anindya Bakrie menjelaskan, Indonesia dilihat sebagai negara yang cukup netral antara Barat dan Timur, sehingga tidak ada kesan dikotomi yang mengacu ke pihak mana pun.