DAVOS, kadin.co – Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya novyan Bakrie mengatakan, misi Kadin Indonesia pada pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) 2025 di Davos, Swiss adalah membantu pemerintah mempromosikan Indonesia kepada para investor asing.
“Misi paling panting adalah bagaimana mempromosikan peluang-peluang investasi di Indonesia agar investor asing berinvestasi di Tanah Air. Kami bekerja sama dengan pemerintah untuk membawa investasi ke Indonesia,” kata Anindya Bakrie di sela-sela pertemuan tahunan WEF 2025 di Davos, Swiss, Selasa (21/1/2-2025) waktu Indonesia.
Anindya, yang hadir di WEF Davos bersama sejumlah pengurus Kadin lainnya, mengungkapkan, WEF Davos adalah ajang yang sangat tepat bagi para pengusaha dan pemimpin pemerintahan untuk memperluas pasar dan membangun jejaring internasional. Soalnya, selain dihadiri para pemimpin bisnis, forum ini diikuti para pemimpin pemerintahan, perwakilan masyarakat sipil, dan akademisi.
“Kita harus memperluas pasar perdagangan agar lebih luas lagi. Itu sangat mungkin dilakukan di forum ini,” ujar Chief Executive Officer (CEO) Bakrie & Brothers tersebut.
Berdasarkan situs resmi WEF, pertemuan tahunan WEF 2025 di Davos bakal dihadiri sekitar 3.000 pemimpin dari sedikitnya 130 negara yang akan membahas isu-isu ekonomi global dan peluang kerja sama. Perhelatan bertajuk Collaboration for the Intelligent Age itu berlangsung pada 20-24 Januari 2025.
Para peserta berasal dari berbagai kalangan, yaitu pemimpin pemerintahan (350 orang, termasuk 60 kepala negara), pemimpin bisnis (1.600 orang), serta perwakilan masyarakat sipil dan akademisi (170 orang).
Pertemuan WEF 2025, menurut situs resmi WEF, akan fokus pada lima prioritas tematik yang saling terkait, yaitu Membangun Kembali Kepercayaan, Mereimajinasikan Pertumbuhan, Berinvestasi pada Manusia, Melindungi Planet, serta Industri di Era Cerdas.
Relevan dengan Program Pemerintah
Anindya Bakrie menjelaskan, topik-topik yang diusung WEF 2025 sangat relevan dengan program dan cita-cita pemerintahan Prabowo-Gibran. Dalam soal pertumbuhan ekonomi, misalnya, Indonesia sedang fokus mengejar pertumbuhan ekonomi 8%.
“Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% tidak gampang, butuh investasi yang besar, terutama investasi asing,” ujar Anin.
Kecuali itu, kata Ketum Kadin, Indonesia sedang berupaya mendorong industrialisasi. Salah satu cara mempercepat industrialisasi adalah melakukan transformasi digital, termasuk menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam kegiatan industri, dengan tetap mengedepankan aspek manusia. “Indonesia butuh AI untuk dorong industrialisasi,” tandas dia.
Menurut Anindya, topik membangun kepercayaan juga sangat penting karena kepercayaan dibutuhkan untuk menjalin kolaborasi. Tanpa kepercayaan, kolaborasi sulit diwujudkan. “Apalagi setelah banyak ketidkapastian geopolitik, seperti saat ini,” tutur dia.
Tak kalah penting, kata Anin, adalah isu keberlanjutan yang juga menjadi salah satu topik WEF 2025. Program-program ekonomi yang sedang dijalankan pemerintahan Prabowo-Gibran berorientasi kepada perekonomian. “Ini kesempatan bagi kita untuk mempromosikan kebijakan-kebijakan pemerintah kita yang pro keberlanjutan,” ucap dia.
Anindya mengemukakan, isu keberlanjutan menjadi semakin relevan karena Donald Trump baru saja dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS). “Tentu orang bertanya-tanya tentang arah kebijakan beliau pada periode keduanya sebagai Presiden, dibanding periode pertamanya pada 2017-2021,” ujar dia.
Anin menambahkan, arah kebijakan ekonomi Donald Trump sangat ditunggu-tunggu masyarakat internasional di tengah kuatnya ekspektasi bahwa India dan China akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi global ke depan. ***